Dharmawan Sebut Teknologi Gravimetri Ramah Lingkungan dan Untungkan PESK

oleh
BAGUS DHARMAWAN, Communication Manager AGC Indonesia

Loading

BAGUS DHARMAWAN, Communication Manager AGC Indonesia
BAGUS DHARMAWAN, Communication Manager AGC Indonesia

 

MANADO, MediaManado. com – Penggunaan teknologi Gravimetri yang diperkenalkan Artisanal Gold Council (AGC) menjadi solusi praktis pengelolaan sektor pertambangan skala kecil bagi lingkungan dan efektivitas mendapatkan hasil logam mulia.

“Saat ini, teknologi Gravimetri merupakan solusi praktis sektor pertambangan emas skala kecil dengan dua keuntungan, selain baik untuk ramah lingkungan, akan tetapi juga hasil tangkap emasnya lebih efektif,” kata Bagus Dharmawan, Communication Manager AGC Indonesia kepada sejumlah media di Manado, Selasa (06/11/2018) sore.

Menurut Dharmawan, alih teknologi Gravimetri tanpa menggunakan zat kimia Merkuri dan Sianida justru menjadi salah satu alternatif inovasi sektor pertambangan di dunia yang memberi dukungan pada hasil konvensi Minamata yang melarang penggunaan zat berbahaya pada dunia pertambangan.

AGC sendiri, kata Dharmawan terus mengedukasi masyarakat yang beraktivitas di sektor pertambangan skala kecil untuk lebih memilih mengolah material tambang emas dengan menggunakan teknologi ramah lingkungan seperti halnya, teknologi Gravimetri.

“AGC memang terus melakukan perbaikan perbaikan untuk alih teknologi dari menggunakan Merkuri dan Sianida ke teknologi Gravimetri,” tandasnya.

Akan tetapi, bagi AGC, penerapan teknologi inipun hanya bisa dilakukan pada wilayah pertambangan rakyat (WPR) yang memperoleh pengakuan oleh Pemerintah Pusat dan daerah.

IMG_20181106_232905

“Di Sulut sendiri, teknologi ini sudah dibangun pada WPR di Tatelu dan Tobongon. Karena hanya dua WPR ini yang diijinkan Pemerintah daerah Sulut,” ucap Dharmawan seraya menambahkan untuk beberapa saat kedepan, AGC masih memberi pendampingan terkait operasionalisasi peralatan teknologi Gravimetri hingga penambang lokal sudah bisa mengoperasikan peralatan ini secara benar dan menguasainya.

Selain itu, tambah Dharmawan kehadiran delegasi dari Cotabato Selatan, Filipina ke Sulut, sekaligus mengunjungi WPR Tatelu menjadi salah satu motivasi kuat bahwa penerapan alih teknologi Gravimetri semakin hari semakin meminimalisir pengelolaan pertambangan yang selama ini menggunakan Merkuri dan Sianida.

“AGC berharap, kehadiran delegasi asal Cotabato Selatan Filipina bersama Pemprov Sulut memperkuat Sister City dalam dunia pertambangan emas skala kecil,” ucap Dharmawan yang didampingi Rikson Karundeng.

Dan delegasi ini berharap alih teknologi menggunakan Gravimetri yang telah diterapkan di daerahnya, dapat pula diterapkan di WPR Sulut.

Diketahui, delegasi Cotabato Selatan Filipina bersama AGC yang mendapat support pemerintah Kanada dan LSM Nirlaba asal Filipina melakukan kunjungan kerja di Sulut sekaligus bertukar pengalaman terkait pengelolaan pertambangan emas skala kecil yang menggunakan teknologi Gravimetri.

Bahkan, delegasi inipun sempat turun ke lokasi WPR di Tatelu dan melihat langsung teknologi Gravimetri yang telah dibangun AGC untuk masyarakat pertambangan emas skala kecil di Tatelu, bahkan Tobongon. (Ferry)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *