MANADO, Mediamanado.com – Viralnya kasus perundungan yang berujung penganiayaan terhadap salah satu mahasiswa baru yang dilakukan oleh oknum senior dan oknum alumni kampus Politeknik Negeri Manado (Polimdo) di sebuah tempat kost pada beberapa hari yang lalu, maka Direktur Polimdo Dra. Mareyke Alelo, MBA, pun melakukan konfrensi pers perihal persoalan yang menimpa Kampus yang dipimpinnya, pada Selasa (8/8/2023) pagi.
Dalam kesempatan ini, Direktur Polimdo Dra. Mareyke Alelo, MBA, memberikan penjelasan bahwasanya sejak tahun 2021 lalu pihak Polimdo sudah melakukan restrukturisasi dalam organisasi mahasiswa.
“Jadi awalnya terkuak masalah ini ternyata mereka (pelaku) sudah lama melakukan dengan menjemput anak-anak (mahasiswa baru) dari rumah, karena sejak 2021 kami sudah melakukan restrukturisasi dalam organisasi mahasiswa, mengapa ini dilakukan? Karena kami harus menjawab tuntutan zaman, karena sekarang dibutuhkan orang-orang yang siap bekerja, yang mampu mengakomodir perkembangan iptek khususnya di bidang digital, dan yang terutama dari Kementerian itu ada program Merdeka Belajar Kampus Merdeka, dan ini gencar dilakukan”, jelas Alelo di awal konfrensi pers.
Lebih lanjut Alelo pun menceritakan bahwa pihaknya berusaha untuk melakukan transformasi organisasi mahasiswa, agar tidak terjadi tumpang tindih kegiatan, akan tetapi memang para mahasiswa sudah terpola dengan cara-cara lama.
“Kami berusaha melakukan transformasi dalam organisasi mahasiswa, dimana dulu semua Himaju melakukan duplikasi kegiatan semua ke-6 jurusan sama yang mereka lakukan, tetapi sekarang itu berubah dimana Himaju harus melaksanakan pengembangan kompetensi sesuai bidang ilmunya, beda dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) disitu mengembangkan minat dan bakat seperti Mapala, Olah Raga, Seni, jadi tidak perlu tumpang tindih, cuma mahasiswa sudah puluhan tahun terbiasa dengan pola yang lama, ketika ada perubahan terjadi resistansi”, ungkap Alelo.
Dalam penjelasannya itu juga Alelo menegaskan bahwa dalam penerimaan mahasiswa baru itu tidak ada lagi bentak-bentak, disuruh tiarap, jongkok, dan intimidasi lainnya, karena yang diterima ini adalah manusia jadi harus ada penghargaan terhadap manusia, terlebih juga dalam uraiaannya Direktur Polimdo menyatakan bahwa Kampusnya saat ini telah memiliki SOP mengenai pelecehan seksual yang bekerjasama dengan ILO.
Selanjutnya, Alelo pun menilai bahwa kejadian yang menimpa Ramoy Timotius Rindo, mahasiswa peserta Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) Polimdo ini, di sebabkan karena bentuk ketidaksukaan para oknum lewat sistem/pola yang ada saat ini.
“Bisa dilihat kami saat melakukan PKKMB dimana disitu kami menyambut dengan baik semua anak-anak ini, dan para panitia dalam kegiatan semuanya itu sudah dilatih dan di breafing untuk tidak ada lagi tindakan intimidasi dan sejenisnya, jadi setiap panitia yang berada dalam ruangan PKKMB itu semua sudah terlatih, dan karena akses ini dibatasi rupanya ada ketidaksukaan dari pada oknum alumni tersebut”, ucap Direktur Polimdo ini.
Untuk kronologis kejadian tersebut, Alelo menyampaikan bahwa korban tersebut itu di jemput dari tempat kostnya, kemudian di cekoki minuman keras (miras) oleh oknum alumni tersebut.
“Korban ini dijemput dari tempat kostnya (kamis malam) dan ternyata bukan hanya korban tapi juga ada mahasiswa baru lainnya yang bernama Richard, kemudian mereka itu dibawa ke tempat kost alumni (salah satu pelaku) tersebut dimana yang bersangkutan merupakan penjaga di kost itu (TKP), selanjutnya mereka itu dicekoki dengan miras, bahkan disundut dengan rokok, bahkan ditempeleng, pada Jumat jam 12:00 orang tua melaporkan ke Wadir III bahwa Timoti (korban) tidak bisa dihubungi, dan nanti pada sorenya terdengar kabar bahwa sudah terjadi perundungan terhadap korban”, ujar Alelo.
Setelah dilakukannya laporan ke pihak berwajib dalam hal ini Polsek Mapanget, telah ditahan dua orang pelaku (alumni Polimdo) dari 3 orang yang dicurigai lewat video yang beredar.
“Kami berterima kasih buat Kapolsek Mapanget yang begitu responsif menindaklanjuti laporan ini, sehingga saat ini sudah ada 2 pelaku yang ditahan, sebetulnya ada 3 yang teridentifikasi dalam video, dan kami juga telah identifikasi ada mahasiswa kami yang turut hadir disitu dan mereka sedang di investigasi keterlibatan mereka, termasuk didalamnya menyaksikan, tidak melaporkan dan melakukan pembiaran, dan akan ada tindakan disiplin berat terhadap mereka, ada sekitar 11 mahasiswa yang terlibat”, tegas Mareyke Alelo.
Direktur Polimdo ini pun tidak menampik bahwa kejadian ini terjadi diluar kampus, oleh karenanya dirinya pun berharap para pihak pemilik tempat kost agar memiliki tanggung jawab moral, agar tidak terjadi hal-hal seperti ini.
Di akhir konfrensi persnya tersebut, Alelo pun berharap agar para media juga turut mengambil peran agar tindakan-tindakn seperti ini harus diperangi, karena dirinya menilai ini sudah seperti underground crime.
“Jadi kiranya para media boleh menyuarakan hal-hal seperti ini, karena ini sudah seperti underground crime, kejahatan yang tersembunyi, hal ini memang menyakitkan tapi kami bersyukur boleh terungkap agar kedepan tidak lagi akan terjadi hal seperti ini”, tutup Alelo.
(DM)