MINUT, MediaManado.com – Umat Katolik yang tergabung dalam Regio III Pantai Barat Paroki St Fransiskus de Sales Kokoleh memperingati Jumat Agung dengan beribadah secara khusyuk, 29 Maret 2024 sore.
Ibadah Jumat Agung Umat Regio III Pantai Barat ini dipusatkan di Stasi Santo Joseph Werot.
Perlu diketahui, Umat Katolik Regio III terdiri atas Umat Katolik Stasi Kulu, Maliambao, Paputungan, Tarabitan, Werot dan Stasi Batu.
Ibadah Jumat Agung terdiri atas bagian perarakan Via Crucis (Jalan Salib hidup), Pembacaan Injil tentang Kisah Sengsara Yesus yang dinyanyikan, Penghormatan Salib, Doa Umat secara meriah dan Komuni Kudus.
Untuk bagian Perarakan Via Crucis, seluruh Umat Regio III dimulai dari ujung Desa Werot Kecamatan Likupang Selatan hingga ke dalam komplek Gereja Katolik Santo Joseph Werot.
Dalam perarakan Via Crucis ini, Umat berdoa untuk setiap perhentian yang menggambarkan Sengsara dan Wafat Yesus Kristus. Ada 14 perhentian yang diperagakan Umat, sambil berdoa dan bernyanyi. Setiap Stasi dari Regio III ikut mengambil peran didalamnya.
Usai perarakan di luar gereja, Umat diajak berdoa dan hening sejenak sambil berlutut untuk mengenang Kematian Yesus Kristus di Salib tepat pada pukul 15.00 wita. Keheningan dan kekhusyukan Umat semakin terasa.
Pastor I Made Joniarta Pr sebagai Selebran Utama berdoa dan hening sejenak sambil tiarap di depan Altar sebagai penghormatan dan penghayatan atas Kematian Tuhan Yesus Kristus di Salib. Ini merupakan ritus Gereja Katolik, dimana Imam yang memimpin Perayaan Jumat Agung melakukan hal itu.
Pada Liturgi Pembacaan Injil, Kisah Sengsara Yesus Kristus dinyanyikan para lektoris dengan penuh makna. Umat pun diajak untuk menelusuri Kisah Sengsara ini secara seksama.
Dalam renungan, Pastor I Made Joniarta Pr mengatakan, Kisah Sengsara Tuhan Yesus Kristus merupakan ajakan iman bagi Umat Kristiani, khususnya Umat Katolik untuk terus berjuang dan bersemangat menghayati nilai-nilai Cinta Kasih dan Pengorbanan dari Yesus Kristus.
“Dengan darah dan tubuh-Nya, Tuhan kita, Yesus Kristus rela mengorbankan karena cinta kasih-Nya pada kita,” kata Pastor I Made Joniarta Pr.
Malahan, Pastor Paroki St Fransiskus de Sales Kokoleh ini menegaskan, barter yang terjadi agar Yesus dihukum mati dengan disalibkan dan membebaskan Barabas, sang penyamun, penjahat kelas kakap, pembunuh, pemberontak merupakan kisah hidup yang riil di masyarakat.
“Membebaskan Barabas dari hukuman dan diganti dengan menghukum mati Yesus adalah karena Bapa mencintai anak-anak-Nya. Siapa Barabas itu? Barabas adalah kita, yang masih berdosa, akan tetapi Yesus Kristus datang untuk membebaskan kita dari hukuman dosa,” ungkap Pastor I Made Joniarta Pr.
Untuk itu, ia mengajak Umat Katolik untuk bersyukur atas rahmat tebusan dosa yang dilakukan oleh Yesus Kristus karena cinta-Nya.
“Kita pun harus tegar dan kokoh dalam iman dalam menghadapi tantangan dewasa ini, seperti Yesus Kristus yang terus memikul Salib, bahkan wafat di Salib,” ajak Pastor I Made Joniarta Pr.
Usai itu, Umat memasuki Doa Meriah, dimana Gereja Katolik seluruh dunia mendoakan Paus Fransiskus, para pemimpin negara/pemerintahan, calon Baptis, Umat Yahudi, Uskup Manado, Yang belum mengenal Allah, dan Yang belum Percaya pada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan mereka yang sakit dan menderita.
Bagian selanjutnya, yakni Penghormatan Salib. Pada bagian ini, Imam mengangkat Salib di hadapan umat sebagai penghormatan pada Salib Kristus, dilanjutkan dengan penghormatan Salib oleh umat yang hadir.
Sementara bagian akhir yakni penerimaan Komuni Kudus sebagai pemberian rahmat kekuatan kepada umat yang terus bertahan dan setia dalam menghayati Sengsara dan Wafat Tuhan.
Sejak awal hingga akhir Ibadah, Umat tetap setia dan berdoa kusyuk demi mengenang dan menghayati Sengsara dan Wafat Yesus Kristus.
Ikut mendampingi Pastor I Made Joniarta Pr, yakni Frater Hilarius dan Frater Simon Materay.