MANADO, MediaManado.com – Pada wanita yang sehat, siklus menstruasi/ haid akan berlangsung dengan normal dan berhenti dalam waktu yang hampir sama setiap bulannya.
Gangguan normatif yang dirasakan pun terkadang masih dalam batas wajar, seperti kram perut atau suasana hati mudah berubah.
Kategori normal dialami perempuan setiap bulannya dan usia perempuan dikatakan normal, apabila mangalami haid pertamanya di usia 12-13 tahun dan akan berhenti di usia 40-50 tahun.
Akan halnya gangguan saat menstruasi/haid, kelainan ini sangat bervariasi, mulai dari pendarahan berlebihan atau terlalu sedikit, nyeri hebat saat menstruasi, kacaunya siklus menstruasi, atau bahkan tidak haid sama sekali.
Dokter Linda Mamengko Sp.OG-KFER dari Siloam Hospitals Manado menjelaskan akan gangguan haid, selain dapat menggangu aktifitas, gangguan haid perlu diwaspadai karena dapat mengganggu resiko kesuburan pada perempuan.
Dalam rilis yang diterima MediaManado.com, Senin (11/10/2021) malam, disebutkan bahwa pada edukasi bincang sehat melalui aplikasi zoom dan kanal YouTube Siloam Hospitals Manado, Jumat, (08/10/3021) Linda Mamengko, Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan yang juga bersertifikasi Konsultan Fertilitas Endokrinologi dan Reproduksi menjelaskan, beberapa gangguan menstruasi berbeda yang dapat dialami perempuan dewasa. Beberapa di antaranya adalah:
“Amenorrhea Primer” (tidak haid), yaitu kondisi perempuan sama sekali belum haid padahal usia sudah menginjak 16 tahun atau haid dengan perdarahan berlebih.
“Amenorrhea Sekunder“, kondisi wanita pada usia subur, tidak dalam kondisi hamil, pernah menstruasi sebelumnya namun berhenti haid pada jangka waktu 3 bulan atau bahkan lebih.
“Dismenorea” (menstruasi yang terlalu sakit), yaitu nyeri yang dirasakan pada saat menstruasi, juga diiringi sakit kepala, mual dan lainnya.
Dan gangguan menstruasi lainnya adalah sindrom pramenstruasi (PMS), dan kelainan disfonik pramenstruasi (PMDD).
“Yang harus diingat adalah tidak semua amenorrhea adalah gejala penyakit, ada pula kemungkinan bahwa menstruasi yang terhenti karena Anda sedang hamil. Untuk memastikannya dapat menggunakan alat tes kehamilan,” imbuh Linda Mamengko mengingatkan.
Pil KB dan Penanganan
Dokter Linda Mamengko Sp.OG-KFER dari Siloam Hospitals Manado menjelaskan, tubuh setiap wanita penderita gangguan haid menunjukkan sejumlah dan gejala yang bervariasi.
Salah satu efek samping pil KB yakni munculnya flek atau bercak darah ringan berwarna coklat di antara siklus menstruasi. Flek adalah efek samping pil KB yang paling umum.
Hal itu terjadi karena tubuh sedang menyesuaikan diri dengan perubahan kadar hormon, dan rahim menyesuaikan untuk memiliki lapisan yang lebih tipis.
” Menjawab pertanyaan, apakah pil KB dapat mempengaruhi Siklus haid? Pada prinsipnya ya, namun kondisi setiap individu bisa saja berbeda dan penanganan pun pengobatan gangguan haid dapat diawali dengan melakukan konsultasi dokter, Pemberian obat obatan dari dokter, pemeriksaan laboratorium, tindakan- tindakan medis seperti : Papsmear , Biopsi rahim, Kuretase bahkan Histeroskopi tergantung hasil analisa ” kasusnya,” tegas ibu dokter senior ini.
dr Linda Mamengko SpOG- KFER, menutup kesempatan singkatnya dengan take home message, yaitu “Gangguan Haid yang hanya terjadi sesekali tergolong normal, Kenali tanda-tanda adanya gangguan haid, Konsultasikan ke dokter apabila dirasa mulai mengkhawatirkan karena penanganan dini akan mempercepat penyembuhan dan membantu “mengamankan” kesuburan seorang wanita dewasa.
(*/ferry)