Syukuri Panenan Hasil Bumi, Komunitas Adat Mah Sambureyrey Gelar Atraksi Budaya

oleh

Loading

 

Gelaran adat syukuran atas panen hasil bumi masyarakat Minahasa yang digelar Komunitas Pelestari Nilai-nilai Budaya Pasiowan Touwulu Minahasa Ma Sambureyrey, Sabtu (06/08/2022)
Gelaran adat syukuran atas panen hasil bumi masyarakat Minahasa yang digelar Komunitas Pelestari Nilai-nilai Budaya Pasiowan Touwulu Minahasa Ma Sambureyrey, Sabtu (06/08/2022). Tampak Opa Yakobus Lolong, Tokoh Adat memegang beberapa ikat padi hasil panen untuk diserahkan kepada masyarakat dalam seremonial adat. (Foto: ferry)

 

TOMOHON, MediaManado.com – Suara tambur memecah derasnya hujan yang tiada henti, Sabtu (06/08/2022) siang. Sekelompok Komunitas Pelestari Nilai-nilai Budaya Pasiowan Touwulu Minahasa Ma Sambureyrey ternyata sedang mengucap syukur kepada Opo Empung ne wailan di bawah kaki Gunung Lokon, Kelurahan Wailan, Kota Tomohon.

Acara Adat Syukur atas panen hasil bumi ini memang selalu dilakukan pada setiap bulan Purnama Kesembilan (secara adat turun temurun).

Dalam atraksi adat budaya yang digelar Komunitas Pelestari Nilai-nilai Budaya Pasiowan Touwulu Minahasa Ma Sambureyrey, seorang tokoh adat, pemimpin komunitas adat itu mengambil beberapa ikat batang padi yang sudah dipanen dan sudah didoakan secara adat, lalu menyerahkan kepada perwakilan masyarakat dan pemimpin masyarakat.

“Itu artinya, kami masyarakat adat secara turun temurun, mensyukuri berkat dari Yang Maha Kuasa atas panenan hasil bumi. Usai berdoa dan mensyukurinya, hasil bumi itu dibagi-bagikan kepada mereka yang membutuhkan, baik para janda, keluarga berkekurangan,” tutur Tokoh Adat Budaya, Pegiat Pelestari Nilai-nilai Budaya Pasiowan Touwulu Minahasa Ma Sambureyrey, Opa Yakobus Lolong, Sabtu (06/08/2022).

Tari Ma'zani yang menggambarkan masyarakat petani Minahasa melakukan cocok tanam hingga panen secara Mapalus turun temurun.
Tari Ma’zani yang menggambarkan masyarakat petani Minahasa melakukan cocok tanam hingga panen secara Mapalus turun temurun.

 

Tokoh adat dan budaya inipun menambahkan bahwa atraksi adat budaya ini secara turun temurun selalu dilakukan oleh orang tua-orang tua di Minahasa, sehingga hal ini menjadi cikal bakal dilaksanakan ‘Pengucapan Syukur’ di tanah Minahasa.

“Orang tua orang tua (leluhur) Minahasa membawa hasil panen bumi ke sini (kaki gunung Lokon), kebun Wailan, untuk didoakan secara bersama-sama dan meninggalkan hasil bumi itu untuk dibagi kepada rakyat yang membutuhkannya,” cerita Opa Yakobus Lolong.

Acara doa syukur itupun ditampilkan  Komunitas Pelestari Nilai-nilai Budaya Pasiowan Touwulu Minahasa Ma Sambureyrey melalui gerak dan lagu.

Dalam gerak tari dan lagu, para penari yang berasal dari para petani, menggambarkan bagaimana mereka dengan penuh semangat dan bergotong royong atau Mapalus menanam, memelihara sampai memanen hasil pertanian dan perkebunan mereka. Mapalus ini memang sudah dikenal dan dipraktekkan sejak zaman orang tua orang tua Minahasa dahulu kala.

IMG_20220806_234153_640x369

 

“Semangat Mapalus, bergotong royong sudah menjadi tradisi sejak dahulu kala dan sudah dipraktekkan leluhur Minahasa,” ujar Opa Yakobus Lolong.

Namun gerak tari lagu para petani yang dikenal dengan Tari Ma’zani, mereka dikawal para penari Kawasaran/ Sakalele Sio Kentur, atau pasukan adat Minahasa.

Kehadiran Sakalele Sio Kentur ini menggambarkan bahwa berbagai aktivitas masyarakat Minahasa tempo dulu selalu dilindungi Opo Empung Ne Wailan melalui pasukan adat. Kawasaran/Sakalele merupakan gerak tari pasukan adat yang menggambarkan bagaimana mereka siap sedia dan kuat dalam berperang, namun selalu bersyukur usai berperang. Kesetiaan pada pemimpin menjadi ciri khas pasukan adat Minahasa.

“Atraksi tari Ma’zani dan tari Kawasaran/Sakalele yang dibawakan Komunitas Mah Sambureyrey, merupakan kolaborasi bagaimana masyarakat beraktivitas dengan aman karena diyakini mendapatkan perlindungan dari Tuhan,” terang Opa Yakobus Lolong.

Opa Yakobus Lolong, Tokoh Adat Budaya, Pegiat dan pelestari Nilai-nilai luhur Minahasa melalui komunitas Ma Sambureyrey, Wailan Tomohon.
Opa Yakobus Lolong, Tokoh Adat Budaya, Pegiat dan pelestari Nilai-nilai luhur Minahasa melalui komunitas Ma Sambureyrey, Wailan Tomohon.

 

Ia pun berharap, dengan pelestarian nilai nilai budaya ini, generasi muda saat ini akan terus menjaga, merawat dan melestarikan tradisi, adat istiadat dan budaya para leluhur Minahasa.

“Semoga anak-anak muda kita saat ini, akan terus menjaga, merawat dan melestarikan adat budaya leluhur Minahasa,” pesan Opa Yakobus Lolong.

Atraksi budaya ucapan syukur komunitas Pelestari Nilai-nilai Budaya Pasiowan Touwulu Minahasa Ma Sambureyrey ditutup dengan ramah tamah. (Ferry)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *