Dipenjaranya “Scarface” dan Pembantaian Imigran Aljazair

oleh
Al Capone dijebloskan ke penjara atas tindakan penggelapan pajak. (Foto: History)

Loading

Al Capone dijebloskan ke penjara atas tindakan penggelapan pajak. (Foto: History)
Al Capone dijebloskan ke penjara atas tindakan penggelapan pajak. (Foto: History)

MEDIAMANADO.COM – BURONAN nomor satu FBI pada 1930, Al Capone, berhasil dijebloskan ke penjara. Anak imigran Italia itu dijatuhi hukuman 11 tahun penjara pada 17 Oktober 1931 karena dianggap mengemplang pajak dan diwajibkan membayar denda sebesar USD80 ribu (setara Rp1 miliar), jumlah yang sangat besar kala itu.

Pria kelahiran New York, Amerika Serikat (AS) itu memiliki rekam jejak yang buruk. Alphonse “Al” Gabriel Capone dikeluarkan dari sekolah saat berusia 14 tahun. Ia kemudian bergabung dengan geng kriminal dan mendapat julukan “Scarface” alias si muka codet. Julukan itu diperoleh setelah terluka dalam sebuah pertarungan.

Capone terkenal tidak segan-segan menyingkirkan lawannya dengan senjata. Salah satu kasus terkenal adalah Pembantaian Hari Valentine pada 1929 di mana anak buahnya menembak mati sejumlah rival. Kekejaman itu mampu membawa reputasi Al Capone dari penjahat lokal Chicago menjadi seantero AS.

Nama Al Capone masuk dalam daftar buronan nomor satu FBI pada 1930. Namun, ia tidak pernah ditangkap karena kecerdikannya dengan menyuap saksi mata, pejabat, dan juga kerap berpindah-pindah untuk bersembunyi.

17-10-7-a

Kasus penggelapan pajak akhirnya menghentikan langkah Al Capone. Tim “The Untouchables” yang dipimpin oleh agen FBI Elliot Ness akhirnya mengakhiri kiprah Al Capone. Ia ditahan dalam penjara dengan pengawasan ketat di Pulau Alcatraz. Namun, akhirnya keluar pada 1939 karena dinilai berperilaku baik.

Namun, dipenjaranya Al Capone menjadi kejatuhan dari seorang pemimpin kriminal paling ditakuti pada dekade 1920-1930. Al Capone wafat pada usia 1947 tahun di usia 48 tahun karena mengidap sejumlah penyakit, di antaranya sipilis.

Sejarah juga mencatat terjadinya pembantaian massal terhadap warga Aljazair pada 17 Oktober 1961. Pembantaian bermula ketika ribuan warga Aljazair bergerak dalam barisan damai untuk menyerukan negosiasi kemerdekaan dari Prancis.

Namun, terjadi ketegangan ketika sejumlah orang meledakkan bom di Ibu Kota Paris. Mereka juga membunuh polisi secara acak. Tindakan tersebut mendapat reaksi keras dari Kepala Kepolisian Paris saat itu, Maurice Papon.

Polisi diperintahkan untuk memburu setiap warga Aljazair yang terlihat. Polisi malah membunuh orang-orang yang tidak sama sekali terlibat dengan aksi kekerasan tersebut. Sekira 30 ribu peserta yang sedang berkumpul di tepian Sungai Seine pada malam hari diburu oleh polisi dengan dalih menyalahi aturan jam malam.

Polisi menyebut tiga orang tewas dalam serangan tersebut. Namun, saksi mata mengatakan sebaliknya. Saksi mata mengungkapkan melihat banyak mayat mengambang di Sungai Seine. Maurice Papon berhasil menghindar dari persidangan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya selama bertahun-tahun.

EDITOR : INYO RORIMPANDEY.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *