JAKARTA, MediaManado,com – Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) enggan menemui mantan Ketua Umum Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Yorrys Raweyai yang menggeruduk Rapat Pleno persiapan Munas IX, di Kantor DPP Partai Golkar, Senin malam.
Ical terlihat “bersembunyi” bersama loyalisnya seperti Idrus Marham, Syarief Cicip Sutarjo, Nurdin Halid, Titiek Soeharto, Tantowi Yahya dan Theo L Sambuaga di dalam sebuah ruangan.
Tidak lama berselang, Ical tiba-tiba meninggalkan rapat pleno, tanpa mau berkomentar. Rapat pleno pun ditinggalkan begitu saja.
Rapat pleno yang ditinggalkan Ical pun mendadak kisruh, sebagian peserta rapat pleno ingin rapat tetap dilanjutkan malam hari ini, meskipun tanpa kehadiran Ical.
Sebelumnya, puluhan massa yang mengaku berasal dari Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) merangsek masuk ke dalam ruang rapat pleno DPP Partai Golkar, yang berlangsung di kantor DPP Partai Golkar di Jakarta, pada Senin malam.
Mereka dipimpin oleh mantan Ketua Umum AMPG yang juga politisi Partai Golkar Yorrys Raweyai.
“Masuk, masuk, masuk,” teriak beberapa massa sambil merangsek masuk pintu ruang rapat pleno.
Tidak ada kejadian yang tidak diinginkan di dalam ruang pleno. Massa hanya berteriak-teriak, sementara rapat pleno sedang diskors untuk sholat Maghrib.
Di dalam, massa yang mayoritas berperawakan orang Indonesia Timur, mengikuti perintah Yorrys. Mereka baru mau keluar setelah ada instruksi dari Yorrys.
“Kita ingin selamatkan partai,” ujar Yorrys.
Yorrys mengatakan pihaknya hanya ingin DPP Partai Golkar menyelesaikan persoalan secara demokratis sesuai konstitusi. Namun faktanya kata dia, ada gelagat sekelompok orang di DPP untuk menggiring Golkar demi kepentingan pragmatis mereka.
“Mereka memaksa munas melalui rapimnas, dan melalui pleno sebelumnya. Munas bukan milik perorangan atau kelompok, tapi milik seluruh kader,” tegas Yorrys.
Yorrys menekankan kehadiran dirinya dan massa AMPG ke rapat pleno karena adanya desakan dari kader muda Golkar.
Yorrys mengatakan bahwa AMPG kecewa dengan adanya upaya memaksakan pelaksanaan munas 30 November di Bali, untuk memastikan terjadi aklamasi memilih kembali Aburizal Bakrie sebagai ketua umum.
“Kami pesan ke pengurus, kalau masih dipaksakan munas 30 November, maka kita akan duduki kantor DPP dan minta pemerintah melalui kepolisian membatalkan munas itu,” tegas dia.
Saat kejadian itu, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie tidak ada di dalam ruang pleno dan belakangan diketahui “bersembunyi” di dalam sebuah ruangan, lalu pergi meninggalkan kantor DPP Partai Golkar. (ant/fer)